Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search
Journal : BALABA (JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA)

Fauna Nyamuk Anopheles di Desa Kaliurang Kec. Kalibawang Kab. Wonosobo Tahun 2004 Tri Ramadhani
BALABA: JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA Edisi 01 Nomor 001/Tahun I Juni 2005
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Banjarnegara Badan Litbangkes Kemenkes RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (923.222 KB)

Abstract

Berdasarkan data mengenai tingginya kasus malaria di desa Kalikarung, maka perlu diketahui fauna nyamuk Anopheles dan yang berperan dalam penularan malaria. Dalam laporan ini disajikan hasil penelitian berbagai spesies nyamuk Anopheles yang ditemukan di desa Kalikarung Kecamatan Kalibawang. Berdasarkan hasil penangkapan nyamuk dewasa di desa Kalikarung, ditemukan 6 jenis spesies nyamuk Anopheles yaitu An. aconitus, An. maculatus, An. barbirostris, An. vagus, An. annularis dan An. kochi. An. maculatus ditemukan pada penangkapan dengan umpan orang di luar rumah dan istirahat di sekitar kandang ternak, sedangkan An. kochi hanya ditemukan di sekitar kandang ternak. Sementara spesies lainnya ditemukan pada semua lokasi penangkapan.
KAJIAN EPIDEMIOLOGI KEJADIAN LEPTOSPIROSIS DI KOTA SEMARANG DAN KABUPATEN DEMAK TAHUN 2008 Bambang Yuniarto; Tri Ramadhani
BALABA: JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA Volume 6 Nomor 1 Juni 2010
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Banjarnegara Badan Litbangkes Kemenkes RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1347.7 KB) | DOI: 10.22435/blb.v6i1.688

Abstract

Leptospirosis is one of rodent borne neglected diseases, but health problem in day. Transmision of Leptospirosis occurs by contact with water or humid soil contaminated with urine from rodent infected with Leptospira. The aim of this research was to know epidemiology Leptospirosis in Semarang City and Demak District, in April-November 2008. The design of this research was cross sectional. The activity included Leptospirosis diagnosis with Rapid Diagostic Test (Leptotek Dri Dot) and rat trappings. Data were analysed descriptively by using tables, graphics and maps. The result showed that in 2008, Leptospirosis incidence in the both areas was higher compared to the previous year. The Leptospirosis cases tended to increase in the rainy season. In Semarang City, Leptospirosis cases were mostly found in the age group of 0-19 years (44,1%) and 51% of the total cases were female. In Demak District, the cases were mostly found in the age group of 40-49 years (25,7%) and 75,7% from the total cases were male. The spesies rats found in this research were Rattus tanezumi, R.norvegicus, B.indica, Mus musculus, R.exculan and Suncus murinus. Kidney test of the rats caught in Semarang City showed Rattus tanezumi, R.norwegicus, B.indica, and R.exculan were infected with Leptospira sp.
SURVEI PENGETAHUAN,SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TENTANG MALARIA DI DESA ENDEMIS MALARIA DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2000 Tri Ramadhani
BALABA: JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA Edisi 002 Nomor 01/Tahun II Juni 2006
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Banjarnegara Badan Litbangkes Kemenkes RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (976.996 KB)

Abstract

Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Jawa Tengah, karena selain banyak menyerang usia produktif yang akan berakibat pada menurunnya produktifitas kerja, ditemukan adanya kematian karena malaria pada bayi dan anak balita akan berdampak pada Angka Kematian lbu (AKI) dan Angka KemaMalaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Jawa Tengah, karena selain banyak menyerang usia produktif yang akan berakibat pada menurunnya produktifitas kerja, ditemukan adanya kematian karena malaria pada bayi dan anak balita akan berdampak pada Angka Kematian lbu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Upaya pemberantasan malaria di suatu daerah tidak akan berhasil dengan baik tanpa melibatkan masyarakat setempat. Untuk dapat melibatkan masyarakat dalam upaya pemberantasan malaria, perlu lebih dahulu diketahui sejauh mana pengetahuan dan persepsi masyarakat mengenai malaria. Hingga saat ini belum ada informasi yang dapat menggambarkan tentang hal tersebut, yang dapat digunakan sebagai acuan bagi petugas kesehatan, untuk melibatkan masyarakat dalam upaya pemberantasan malaria. Untuk itu perlu dilaksanakan survei tentang pengetahuan , sikap dan perilaku (PSP) masyarakat yang berhubungan dengan malaria, yang selanjutnya dapat digunakan dalam merencanakan program pemberantasan malaria di suatu daerah dengan berdasar sesuatu yang ada dan berkembang di dalam masyarakat.tian Bayi (AKB). Upaya pemberantasan malaria di suatu daerah tidak akan berhasil dengan baik tanpa melibatkan masyarakat setempat. Untuk dapat melibatkan masyarakat dalam upaya pemberantasan malaria, perlu lebih dahulu diketahui sejauh mana pengetahuan dan persepsi masyarakat mengenai malaria. Hingga saat ini belum ada informasi yang dapat menggambarkan tentang hal tersebut, yang dapat digunakan sebagai acuan bagi petugas kesehatan, untuk melibatkan masyarakat dalam upaya pemberantasan malaria. Untuk itu perlu dilaksanakan survei tentang pengetahuan , sikap dan perilaku (PSP) masyarakat yang berhubungan dengan malaria, yang selanjutnya dapat digunakan dalam merencanakan program pemberantasan malaria di suatu daerah dengan berdasar sesuatu yang ada dan berkembang di dalam masyarakat.
DISTRIBUSI FILARIASIS LIMFATIK I DI KELURAHAN PABEAN, KECAMATAN PEKALONGAN UTARA KOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH Sunaryo Sunaryo; Tri Ramadhani
BALABA: JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA Edisi 007 Nomor 02/Tahun IV Desember 2008
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Banjarnegara Badan Litbangkes Kemenkes RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1114.819 KB)

Abstract

Lymphatic filariasis still occurs to be a health problem in Pekalongan City. Pabean village, North Pekalongan SubDistrict up to now. This area lays between two filariasis endemic areas, that is Bandengan village North Pekalongan SubDistrict (Mf-rate: 2,38 %) and Pasirsari village, West Pekalongan Sub-District (Mf-rate: 2,34%). The aim of the study was to determine the lymphatic filariasis distribution, based on place, people and time, the chronic and a cute cases, the density of microfilaria and microfilaria periodicity. This research used an observational study with cross sectional design. Clinical and parasitological surveys conducted to 500 persons, screened using a 60 pi off inger prick blood which should be dried on a slide, stained and examined under a microscope based on the standard procedure. The periodicity survey conducted to the people whose proven to be positive microfilaria for every two hours. The result found 17 people with positive microfilariae (mf-rate: 3,4%). The agent of lymphatic filariasis in Pabean village was Wuchereria bancrofti, type, with density of microfilaria between 3 to 72 if this species is nocturnal periodic which circulate mostly around 10.00 a.m. Lymphatic filariasis were found in RW III (7 cases) and RW II (2 cases) withaverage age > 50 years old. Therefore to overcome this problem the community need to have Mass Drug Administration (MDA).
MENGENAL PARASIT FILARIA Tri Ramadhani
BALABA: JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA Edisi 002 Nomor 01/Tahun II Juni 2006
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Banjarnegara Badan Litbangkes Kemenkes RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (557.603 KB)

Abstract

Filariasis atau kaki gajah adalah penyakit menular yang disebabkan karena infeksi cacing filaria yang hidup disaluran dan kelenjar getah bening (limfe) serta menyebabkan gejala akut, kronis. Filariasis mulai dikenal di Indonesia tahun 1889 sejak Haga dan Van Eecke menemukan kasus pembesaran scrotum di Jakarta. Penyakit tersebut dapat menular kepada orang lain dengan perantara gigitan nyamuk. Seluruh wilayah Indonesia berpotensi untuk terjangkitnya penyakit tersebut, hal ini mengingat cacing sebagai penyebabnya dan nyamuk penularnya tersebar luas. Keadaan ini didukung oleh kerusakan lingkungan, seperti banjir, penebangan hutan dan lainnya yang memperluas tempat berkembangbiaknya nyamuk. Meskipun filariasis tidak mematikan secara langsung, dengan adanya demam dan bisul-bisul (abses) yang hilang timbul, dan gejala menahun berupa pembesaran/elefantiasis yang merupakan cacat menetap akan sangat mengganggu. Secara ekonomis keadaan tersebut sangat merugikan, karena mengurangi produktivitas masyarakat, serta diperlukan biaya pengobatan dan perawatan yang tidak mudah dan tidak murah. Di Indonesia filariasis limfatik di sebabkan oleh tiga spesies cacing filaria yaitu Brugia malayi,B.timori dan Wuchereria bancrofti, yang terbagi lagi menjadi 6 tipe secara epidemiologi. Tiap parasit mempunyai siklus hidup yang kompleks dan infeksi pada manusia tidak akan berhasil kecuali jika terjadi pemaparan larva infektif untuk waktu yang lama. Setelah terjadi pemaparan, dibutuhkan waktu bertahun-tahun sebelum timbulnya perubahan patologis yang nyata pada manusia. Periodisitas dalam sirkulasi setiap mikrofilaria akan berbeda, tergantung dari spesiesnya.
PENGARUH PENGGUNAAN LETHAL OVITRAP TERHADAP POPULASI NYAMUK AEDES SP SEBAGAI VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE Tri Ramadhani; Bondan Fajar Wahyudi
BALABA: JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA Volume 9 Nomor 1 Juni 2013
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Banjarnegara Badan Litbangkes Kemenkes RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1489.253 KB) | DOI: 10.22435/blb.v9i1.722

Abstract

ABSTRACT. Field evaluation against lethal ovitrap (LO) to control dengue vector Aedes mosquitoes carried intwo endemic areas (Bojongsari and Ledug) in Banyumas. Lethal ovitrap made ?with the intent to kill mosquito,because mosquitoes will lay eggs containing ovistrip contact with the insecticide and the relatively short time todie.The aim of research to assess the effect of LO applications with the Aedes of mosquito populations sp. Thisstudy includes a quasi experimental design with pretest-posttest control group without randomization. Researchsites in dengue endemic areas with a total sample of 100 houses in each treatment and control areas. Populationsof Aedes sp measured every week for three weeks prior to the intervention and twelve weeks during theintervention. The mean density of Aedes sp compared before and after intervention and between the treatment andcontrol. Results showed mean mosquito density before and after the intervention in the treatment group of 0.07(p-value 0.044), whereas in the control group by 0037 ( p-value 0341). Use LO made ?with the addition ofinsecticide active cypermetrin on ovistrip impact on the density of Aedes sp in the residential neighborhood.
SURVEI EPIDEMIOLOGI PENINGKATAN KASUS MALARIA DI DESA JINTUNG KECAMATAN AYAH WILAYAH PUSKESMAS AYAH II AGUSTUS 2006 Hari Ismanto; Tri Ramadhani; Sunaryo Sunaryo
BALABA: JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA Edisi 003 Nomor 02/Tahun II Desember 2006
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Banjarnegara Badan Litbangkes Kemenkes RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1481.658 KB)

Abstract

Berdasarkan surat permohonan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen tanggal 24 Agustus 2006 tentang Penanggulangan KLB malaria di Desa Jintung Kecamatan Ayah dan Desa Jladri Kecamatan Buayan. Telah terjadi peningkatan kasus malaria pada bulan Juli dan Agustus di wilayah Puskesmas Ayah II, yaitu di Desa Jintung. Jumlah kasus malaria sampai tanggal 16 Agustus 2006 mencapai 27 penderita (hasil konfirmasi laboratorium Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah) dan kemungkinan sudah terjadi penularan setempat karena sebelumnya di Desa Jintung tidak pernah ada kasus malaria. Kasus malaria bermula adanya penduduk Desa Jintung yang merantau di Bangka dan pulang dalam kondisi sakit (dengan gejala klinis malaria). Untuk mengantisipasi terjadinya penularan yang lebih luas, Loka litbang P2B2 Banjarnegara beserta tim dari DKK Kebumen. Puskesmas Ayah II melakukan survei tindak lanjut untuk mendapatkan gambaran epidemiologi malaria di Desa Jintung. Wilayah Puskesmas Ayah II sehingga diharapkan dapat diketahui sumber dan cara memutuskan rantai penularannya.
PENYELIDIKAN EPIDEMIOLODI MALARIA DI KECAMATAN PAGEDONGAN KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006 Dyah Widiastuti; Tri Ramadhani; Asyhar Tunissea
BALABA: JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA Edisi 003 Nomor 02/Tahun II Desember 2006
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Banjarnegara Badan Litbangkes Kemenkes RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1339.773 KB)

Abstract

Kecamatan Pagedongan merupakan salah satu Kecamatan HCI pada tahun 2002 dan 2003, namun pada tahun 2004 mengalami penurunan, API mencapai 2,95%o tahun 2004 dan 0,4 %o pada tahun 2005. Akan tetapi pada bulan Pebruari 2006 di wilayah Puskesmas Pagedongan terjadi peningkatan kasus malaria berawal dari adanya kasus impor (luar Jawa). Dengan didukung oleh kemudahan transportasi dan komunikasi membuat malaria dapat berpindah serta tidak mengenal batas wilayah administrasi. Pada awalnya kasus malaria hanya terfokus pada Desa Gunung jati, akan tetapi hanya dalam waktu singkat penyakit ini sudah merambah ke Desa lain antara lain Pagedongan, Lebakwangi, Kebutuhduwur, Duren dan Gentansari. Untuk mendapatkan gambaran epidemiologi kejadian peningkatan malaria di Kecamatan Pagedongan, Tim Loka Litbang P2B2 Banjarnegara berkolaborasi dengan pihak Puskesmas Pagedongan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara mengadakan kegiatan Penyelidikan Epidemiologi (PE) Malaria di Kecamatan tersebut.
GAMBARAN PENINGKATAN KEJADIAN MALARIA DI DESA TETEL KECAMATAN PENGADEGAN KABUPATEN PURBALINGGA Tri Ramadhani; Jarohman Raharjo
BALABA: JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA Volume 9 Nomor 2 Desember 2013
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Banjarnegara Badan Litbangkes Kemenkes RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1029.084 KB) | DOI: 10.22435/blb.v9i2.828

Abstract

Malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia. Kabupaten Purbalingga merupakansalah satu daerah endemis malaria di Jawa Tengah, yang meliputi empat wilayah kecamatan yaituKarangmoncol, Pengadegan, Kaligondang dan Rembang. Tahun 2011 dilaporkan 100 kasus yang terdiri dari 81kasus indigenious dan 19 impor. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan peningkatan kejadian malaria di DesaTetel, Kecamatan Pengadegan tahun 2012. Penelitian ini termasuk observasional dengan desain cross sectional.Pengambilan sediaan darah tebal dilakukan di desa Tetel pada semua penduduk dengan gejala malaria dantanpa gejala berada dalam satu rumah dengan penderita malaria. Sediaan darah diwarnai dengan giemsa 10%dan diidentifikasi menggunakan mikroskop perbesaran 1000x dengan minyak emersi. Penderita positif malariadilakukan pengobatan. Data perilaku didapatkan melalui wawancara terhadap kasus malaria . Analisis datadilakukan secara deskriptif dalam bentuk grafik dan tabel. Hasil survei di Desa Tetel didapatkan 299 sediaandarah dan 59 positif parasit malaria (SPR 20,07%) dengan proporsi Plasmodium vivax 9 kasus dan Plasmodiumfalciparum 50 kasus. Distribusi kasus malaria bulan Januari sampai November 2012 (109 kasus) denganperincian laki-laki 54,1% , perempuan 45,9% dan 78% pada golongan umur >15 tahun. Penularan malariaterjadi di lingkungan sekitar (indigenous) dan disebabkan pengobatan tidak tuntas serta diagnosis terlambatdari pelayanan kesehatan.
KOMPOSISI SPESIES DAN DOMINASI NYAMUK CULEX DI DAERAH ENDEMIS FILARIASIS LIMFATIK DI KELURAHAN PABEAN KOTA PEKALONGAN Tri Ramadhani
BALABA: JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA Volume 5 Nomor 2 Desember 2009
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Banjarnegara Badan Litbangkes Kemenkes RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (538.88 KB)

Abstract

Filariasis is one of the communicable disease which is caused by infestation of Filaria worm. The disease is transmitted by various mosquitoes. Pabean village was one of the endemic area in Pekalongan city with lymphatic filariasis problem (microfilariae rate > 1 %). The research aimed to get species and dominan potencial vector filariasis and breeding place.The reseach was an observational study which used cross sectional design . The activity were mosquitoes, larve dipper and pupa collection from August until December 2007. The mosquitoes collection was done twice a week by landing collection and light trap with dry ice.The result showed that the species culex mosquitoes found 19.229, consisted of four species that is Cx.quinquefasciatus,Cx.bitaeniorhynchus,Cx.tritaeniorhynchus, and Cx.vishnui. Mosquito of Cx.quinquefasciatus most dominantly found at all of way of arrest and known as mosquito of vector potential of lymphatic filariasis in Pabean village. Especial breeding place of Cx.quinquefasciatus is water polution and very bad sanitation. The larval density was more than 100 of dipper.